Semoga Alloh memberikan kekuatan dan ketabahan menjalani ujian ini, semoga
kisah ini bisa menjadi ibrah/hikmah bagimu
dan ibu-ibu lain yang mendapat ujian
serupa
|
“sebuah curahan hati seorang ibu yang baru
saja kehilangan putri pertamanya.
Seorang ibu yang tiada mengenal lelah untuk
mengkampanyekan ASI sebagai makanan
terbaik bagi buah hatinya.. Elona Melo T.A”
engkau hadir di tengah kehidupan kami nak. Sempurnalah rasanya mama menjadi seorang wanita
dengan
kelahiranmu.
|
Engkau kami beri nama Khonsaa’ Al Anshoriyah.
Khonsaa’ adalah nama seorang
sahabat
Rosul wanita yg merelakan ke3 anaknya mati syahid di peperangan, hingga akhirnya
beliau
pun ikut syahid.
|
Al Anshoriyah, kami pilihkan menjadi nama
belakangmu dg harapan engkau
termasuk
ke dalam golongan orang-orang yg gemar menolong layaknya kaum anshor.
|
Dari balita, engkau sudah menjadi tempat
mamamu curhat, entah engkau paham atau
tidak
setiap ada kegundahan engkau bantu meringankannya dengan jalan mendengarkan nak.
Itulah
sebabnya engkau menjadi salah satu Sahabat Terbaik mama. Kau tenangkan mama,
kau
hapus air mata mama setiap mama menangis karena rindu dengan almarhum opamu.
Dengan
lembut kau bisikan di telinga mama “jangan sedih ma”.. lalu engkaupun memeluk
mama.
|
Sebagai anak pertama, engkau menjadi sekolah
sekaligus guru bagi mama.
Bagaimana
naluri keibuan mama terasah dengan keberadaanmu. Engkau mengajarkan pada
mama
bahwa kesabaran tidak berbatas, walau sebagai manusia sering sabar itu hilang.
Engkau
ajarkan pada mama, bahwa kasih sayang, kehangatan dan kejujuran akan berakhir
dengan
ketiganya pula. Kau ajarkan bahwa, ibu adalah guru pertama sekaligus terbaik bagi
anak-anaknya.
Itu sebabnya papamu meminta mama untuk tetap di rumah menemani engkau
dan
adik-adikmu..
|
Ketika adik-adikmu lahir, di usia yg masih
sangat muda, engkau berubah menjadi
sosok
kakak yang begitu dewasa, banyak mengalah, walau kami orangtuamu tahu hal itu
berat
engkau lakukan. Kami sering memberimu tanggung jawab “titip ade-ademu ya mba”
setiap
mama dan papamu pergi, walau di rumah ada yang lain. Kau tunaikan amanah kami
dengan
memberi laporan singkat jelas dan padat apa yg terjadi saat mereka ditinggal.
Apabila
ada mainan atau bukumu yg dirusak oleh adikmu, yang kau lakukan hanya menangis
dan
mengadu pada mama, dengan harapan mama akan memperbaikinya..itu sering kita
bersama.
|
Engkau buat kami bangga dengan keistiqomahanmu
untuk mengenakan jilbab di usia
6 tahun,
walau engkau hanya seorang diri yg melakukannya di kelasmu. Kau butikan
kecerdasanmu
dg hasil IQmu yg sangat jauh di atas rata-rata dan prestasimu sebagai juara
kelas.
Ternyata, kebanggaan ini juga dirasakan oleh eyang mama dan eyang papa, oma dan
|
bude
pakde juga om kamu nak. Mama sering tidak segan-segan berkata bahwa “mama
banggamu
nak”.
|
Al Anshoriyah, engkau betul-betul anak
yg gemar menolong. Terbukti dari cerita
guru-gurumu
bahwa engkau tidak segan-segan menolong temanmu yg kesulitan dalam
belajar,
walau resikonya ditegur oleh gurumu. Bahkan suatu waktu, nilaimu dikurangi karena
dengan
ikhlasnya soal ujian temanmu kau kerjakan dari awal hingga selesai. Ingat
nak..betapa
marahnya mama ketika tahu kejadian itu, namun di sisi lain mama melihat sikap
rela
berkorbanmu yg begitu tinggi.
|
Saat kita pindah, dari Jakarta ke Bandung,
engkau terlihat sedih karena harus
meninggalkan
sahabatmu, namun sekaligus gembira setelah mendengarkan cerita mama
bahwa
kelak kamu akan mendapat teman-teman baru dengan bahasa yg tidak biasa, Bahasa
Sunda.
Ingat Khonsaa’ ketika tanpa engkau sadari caramu dan adikmu berbicara mulai
berubah
dan menjadi bahan becandaan sepupumu di jakarta…? Itu membuktikan betapa
dirimu
mudah bergaul nak. Mama juga bangga padamu ketika seorang wali murid
menceritakan
bahwa menurut anaknya, kamu adalah “the coolest girl in the class” karena
wawasanmu
yg luas. Dari masalah gadget, pelajaran, poppin (satu bentuk tarian), music,
buku-buku..begitu
banyak yg kau ketahui nak. Engkau memang canggih nak..!
|
Saat teman-teman seusiamu masih belum
kenal dunia komputer dan online, kamu
sudah
begitu akrab dengan keduanya. Niatmu punya Facebook dan akrab dengan dunia
online
engkau ceritakan dalam rangka “jangan mau jadi gaptek”. Engkau buat blog pribadi
saat
usiamu masih 7 tahun.
|
Padahal,
yg engkau lakukan hanya mengamati papamu yg sedang asyik dengan pekerjaannya.
|
Sering sekali engkau cerita ke mama hasil
browsingmu ke beberapa web hanya untuk
membedakan
“akar tunggal dan akar serabut”.
|
Kau buktikan, bahwa dunia online seharusnya
memang digunakan untuk hal-hal yang
bermanfaat..
|
Sebagai mama, banyak sekali kesalahan
yg mama perbuat padamu nak, bahkan tidak
terhitung..
Kemarahan yang kadang melampau batas, ketidaksabaran yang sebenarnya masih
sangat
bisa ditahan.
|
Ketika mama menangis menyesal bila memarahimu
dan adikmu, yang kau ucapkan
hanya
“nggak apa-apa ma”.
|
Ingat nak, ketika mama menyusui adik-adikmu
engkau berada di dekat mama sambil engkau
bertanya “aku dulu nyusu juga
ngga ma”. Seketika itu juga mama tidak mampu menahan tangis,
sembari berucap “itu salah satu
kebodohan mama nak, maafkan mama krn mama tdk menyusuimu”.
Mama ceritakan alasannya bahwa
luka yg ada tdk mampu mama tahan. Lagi-lagi engkau menghibur
mama dg berucap “nggak papa
ma, yang penting sudah usaha”.
|
Salah satu kesalahan mama terbesar padamu
ialah tanggal 13 Desember 2009. Hanya
karena
keletihan yang sebenarnya masih bisa mama tahan, mama tidak menemanimu dan
adikmu
yg pagi itu semangat sekali ingin berenang, dan memang itulah tujuan kita menginap
|
di
hotel. Mama lebih milih berada di kamar hotel dan membiarkanmu beserta papa dan
kedua
adikmu
ke kolam renang yg ketika itu memang ramai. Mba Rahmi dan Mba Siti, yang selama
ini
membantu mama mengurus rumah juga ikut menemani kalian. Padahal engkau pun belum
terlalu
mahir berenang nak, mama tahu ketakutanmu pada air yang kau coba hilangkan
sedikit
demi sedikit.
|
30 menit kemudian papamu kembali ke kamar
hotel dan, tidak lama telpon pun
berdering
memberitahu bahwa engkau tenggelam…!!!
|
Bagai tersambar petir, mama dan papa langsung
menjerit dan lari menuju kolam,
namun
engkau sudah dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri.
|
Sekelebat
terlintas rasa marah dan was-was silih berganti..
|
“Mana pool guard yang seharusnya menjaga
kolam renang”.. hanya itu kalimat yang
mama
ucapkan seraya berlari ke arah kolam.
|
Mama seorang guru renang nak, papamu mahir
berenang. Mama bahkan sering
bercerita
padamu kejadian-kejadian saat mama menolong beberapa orang yang hampir
tenggelam…
|
Tapi..
|
Dimana
mama, saat anak mama tenggelam,
|
Mana
guru renang yang mahir berenang 4 gaya, dengan murid tak terhitung jumlahnya..??.
|
Mana
guru renang yg berkali-kali menolong orang yang bisa saja nyawanya melayang di
kolam
renang…??
|
Mana….??
|
Allohu
akbar..dalam perjalanan menuju rumah sakit di kepala mama yang ada hanya rasa
sesal..
|
Inikah
teguran atas kesombonganku ya Alloh?”
|
Sebegitu
sombongkah aku hingga Engkau mengujiku seberat ini?
|
Dan…hari
itu Alloh menunjukkan kuasaNya..
|
Mama menemuimu di ruang UGD ketika engkau
telah terbujur kaku nak. Seketika itu
dunia
terasa gelap, aliran darah seakan terhenti..melihat sesosok tubuh tertutup kain
putih…
|
Ya Alloh..Ya Robbi..Ya Rohman..Ya Rohim,
inilah saatnya Engkau ambil titipanmu
yg
pernah Kau tanamkan dalam rahimku.
|
Dunia seakan berhenti berputar..rasanya
tidak percaya hingga mama lihat tanda lahir
di
lengan kirimu, bekas luka kecil cacar di hidungmu, tahi lalat di telingamu dan
sekujur
badanmu
yg mama hafal bentuknya satu persatu karena kamu anak mama..
|
Mama segera memeluk jasadmu nak, tanpa
berpikir lagi apakah engkau dengar atau
tidak,
hanya kata maaf yg mampu mama ucapkan di telingamu. Dada ini terasa sesak
menahan
sebuah beban yg terasa seperti sebuah gunung yang sangat besar.
|
Sambil memandikan jenazahmu, mama bisikkan
di telingamu bahwa, mama buktikan
kalau
mama kuat menerima kepergianmu. Demi mengharap ridho Alloh Azza Wajalla, mama
tahan
air mata dan rasa marah yang sebenarnya lebih mudah bila diledakkan saat itu juga.
|
Demi meyakini akan syahidnya seseorang yang
wafat karena tenggelam, mama tahan
emosi
mama nak..
|
Demi meyakini, bahwa engkau akan menjadi
hijab api neraka bagi orang tuamu yang
kotor
ini, mama tahan dorongan ingin menjerit sekeras-kerasnya.
|
Engkau
penuhi janjimu nak..
|
Al Anshoriyah, Engkau gemar menolong saat
masih hidup. Dan, engkau tolong kami
dengan
kepergianmu.
|
Banyak sekali janji mama padamu nak,
hadiah sepeda BMX bila engkau juara kelas
lagi,
jalan-jalan ke dufan dan menaiki semua wahana karena kini engkau sudah tinggi,
latihan
renang
intensif selama liburan nanti…, bermain hujan bertiga adikmu, menyambangi sahabat-
sahabat
dan guru-gurumu di Jakarta..namun, semua itu tinggal janji…
|
Engkau
tunaikan janjimu…tapi pada siapa mama tunaikan janji-janji mama nak..?
|
Cita-cita kami orang tuamu ingin merawat
dan mendidikmu hingga dewasa,
digantikan
dengan sebuah cita-cita mulia yg tak mampu kami ucapkan, mengharapkan kita
semua
bisa bertemu maut dengan kesyahidan. Kau tunaikan itu semua nak..
|
Maafkan
mamamu nak, yang tidak berada di dekatmu saat-saat terakhir hidupmu.
|
Walau pedih, mama bersyukur karena telah
dipercaya oleh Alloh menerima amanah
seorang
gadis kecil yang sangat special di mata setiap orang yang mengenalnya.
|
Janji mama terakhir kalinya padamu anakku,
mama akan kuat melepasmu walau
berat.
Mama akan merawat kedua adikmu, mama akan menjadi ibu yang jauh lebih baik dari
sebelumnya.
|
Bantu mama agar kuat nak, walau air mata
penyesalan, kesedihan, kerinduan ingin
memelukmu
tak mampu mama bendung.
|
Rasa
sesal tidak menjadi ibu yang sempurna begitu hebatnya mama rasakan hingga saat
ini.
|
Semoga
Alloh Sang Ilahi Robbi, memaafkan semua kesalahan mama padamu.
|
Mama
sangat mencintaimu anakku..
|
Mama
sangat merindukanmu..sahabatku..
|
Mama bangga padamu..guruku..
|
Mama
akan kuat, demi janji mama padamu..syahidahku!
|
“Ketahuilah bahwa pertolongan menyertai kesabaran,
sesungguhnya ada kelapangan
bersama kesusahan dan sesungguhnya bersama
dengan kesulitan itu ada kemudahan”
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar